19 Okt
Admin
01:03 WIB

TAJDIDUNNIYAT WA TATSBITUL ‘AHDI

 

Lizati Khoirina Uji Utami, S.Fil.I 

Guru SDIT Al Fityan Kubu Raya

 

“Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan”.

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) 

Sejatinya masa hidup manusia adalah tentang mengisi tiga waktu, yang telah lalu, saat ini dan waktu yang akan datang. Dalam perjalanannya manusia akan selalu dihadapkan dengan segala macam rintangan ataupun gangguan yang menyebabkan fluktuasi dalam berbagai hal, seperti dalam hal keimanan, konsistensi mutu hasil kerja, kondisi psikologis dan lain sebagainya. Banyak ayat – ayat Al Quran yang membahas dan memberi peringatan kepada kita sebagai umat Islam untuk betul – betul dapat memperhatikan waktu yang bergulir di sepanjang hembusan nafas yang Allah titipkan. Sepatutnya kita harus selalu waspada dalam mengisi waktu – waktu yang telah diamanahkan sehingga di pada masanya nanti waktu yang pernah Allah berikan dan amanahkan kepada kita dapat memberikan sebaik – baik kesaksian ketika yaumul hisab.

Pada momentum muharram sebagai titik awal pergantian tahun hijriyah ini rasanya tidak berlebihan jika kita lihat kembali ke dalam diri kita masing – masing tentang sejauh mana pencapaian target – target yang pernah di putuskan sebelumnya, sehingga momentum muharram ini patut kita gunakan untuk tajdiidunniyat wa tatsbitul ‘ahdi. Kalimat “ tajdiidunniyat wa tatsbitul ‘ahdi” dapat kita bahas dengan mendefinisikannya secara bertahap. Tajdiidunniyat berarti memperbaharui niat, wa tatsbitul ‘ahdi berarti mengokohkan perjanjian. 

Dalam berbagai macam prosedur pekerjaan ataupun kegiatan, biasanya akan ada visi, misi ataupun goal yang dijadikan target terselenggaranya kegiatan ataupun pekerjaan. Ketika manusia berproses pastinya semua yang dijalani tak selalu berjalan mulus. Terdapat banyak hal yang bisa didefinisikan sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan agar target – target yang diinginkan dapat tercapai dan kegiatan yang telah direncanakan berjalan dengan lancar. Untuk menstabilkan langkah harian dalam beraktivitas patutlah pribadi tersebut senantiasa men-tajdid ( memperbaharui) semua faktor yang dapat mengantarkan seseorang pada pencapaian yang diinginkannya. Apakah proses tajdid ini penting? Seberapa besar pengaruh tajdid ini dalam kehidupan muslim? 

Dari hadits yang sudah terlampir diatas, hadits tentang niat ini menempati urutan pertama pada kajian hadit arba’in an nawawi. Hal ini pasti bukan tanpa sebab. Islam sangat menomor wahid-kan niat. Karena niat merupakan suatu rukun yang pasti ada disetiap rangkaian ibadah yang disyariatkan Islam. Niat merupakan perbuatan yang dikerjakan hati terlebih dahulu sebelum diimplementasikan oleh, tangan, lisan juga perbuatan yang dilakukan organ tubuh yang lain. Betapa tidak, dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah SAW juga menegaskan, "Sesungguhnya Allah telah menentukan kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan. Maka, barangsiapa yang niat melakukan kebaikan tapi tidak dapat melaksanakannya, Allah akan menetapkan baginya kebaikan yang sempurna. Dan apabila ia dapat melaksanakannya Allah akan menetapkan baginya 10 kebaikan sampai dengan 700 kali lipat. Maka tidak berlebihan rasanya jika setiap muslim perlu sering men-tajdid niatnya dalam segala aspek kegiatan. Baik dalam melaksanakan Ibadah mahdzah maupun ibadah ghairu mahdzah hal ini dimaksudkan agar kualitas ibadah dan kualitas pekerjaan yang dilakukan dapat menjadi lebih baik dan mendapat hasil yang maksimal.

Setelah seseorang mampu secara berkesinambungan men-tajdid niatnya baiknya juga diiringi dengan tatsbitul ahdi. Tatsbitul ‘ahdi disini berarti mengokohkan perjanjian, menguatkan azzam dalam diri. Dalam dunia pekerjaan biasanya ada kontrak ataupun kesepakatan – kesepakatan yang biasanya diperbaharui berdasarkan jangka waktu yang disepakati. Selain bermaksud untuk memperbaharui perjanjian biasanya hal ini juga memiliki maksud untuk meninjau ulang isi dari kontrak/ kesepakatan yang pernah diputuskan. Sejalan dengan kesepakatan yang biasa terjadi tatsbitul ‘ahdi ini juga memiliki bebrapa maksud yang sama dengan pembaharuan kontrak. Namun, jika dapat diselami lagi tatsbitul ‘ahdi terbaik adalah tatsbitul ‘ahdi yang berani kita lakukan dengan diri kita sendiri. Konsekuensi – konsekuensi yang mampu kita jalankan karena kesadaran penuh dari diri kita sendiri. Karena sebenarnya musuh terbesar diri kita adalah sifat – sifat negatif yang ada dalam diri kita sendiri. Perjanjian yang kokoh pada diri sendiri yang dapat diistiqomahi pengamalannya pastilah akan mendatangkan keberuntungan pada masing – masing individu yang dapat melaksanakannya. Keberuntungan yang diperoleh dapat secara maknawi ataupun jasadi. Orang – orang yang senantiasa mengokohkan perjanjian dalam dirinya kepada Rabbnya, maka pastinya akan senantiasa meminta perlindungan agar selalu terjaga di jalan yang lurus, menjadi pribadi yang baik di segala lini kehidupan. Dia yang tahu tugasnya sebagai hambaNya pasti akan memaksimalkan potensinya. Dia yang tahu tugas sebagai hamba yang berkaitan dengan hamba yang lain pasti akan berusaha menjadi sebaik – baik saudara bagi sesamanya.  Dapat dibayangkan jika mayoritas muslim senantiasa melakukan hal ini maka bukan hal yang mustahil akan didapati lingkungan kehidupan yang masuk dalam kriteria baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur. 

Upaya tajdiidunniyat wa tatsbitul ‘ahdi pada tiap individu tidak serta merta berhasil seratus persen. Sebagai langkah pemanasan dan latihan, dapat dimulai dengan evaluasi diri sesering mungkin. Karena semakin seseorang mengevaluasi diri, maka akan semakin mudah  menemukan formula terbaik untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan semakin mengetahui bahwa hal tertinggi yang harus menjadi tujuan utama muslim hidup adalah menggapai ridho ilahi.